Selasa, 02 Juli 2013

Panduan Praktis Menangani Luka



Judul: 200 Fakta Luka, Mengenal Luka & Penanganannya
Penulis: Nelfi Syafrina dan Nagiga
Penerbit: PT Elex Media Komputindo, Jakarta
Cetakan: I, 2013
Tebal: 64 halaman
Peresensi: Mulyoto M
Hampir tidak bisa dielakkan, setiap anak pasti pernah mengalami kecelakaan yang berakibat pada timbulnya luka. Berbagai aktivitas yang mereka lakukan selalu beresiko pada terjadinya kecelakaan itu: belajar berjalan, belajar bersepeda, bermain kejar-kejaran, dan masih banyak lagi.
Biasanya, jika terjadi luka –kebanyakan di lutut- kita punya jurus ampuh: diberi obat merah. Lalu diserahkan pada proses alami menuju kesembuhan. Meski memakan waktu lama dan mengakibatkan rasa sakit.
Nah, buku ini hadir untuk memberikan pedoman tentang jenis-jenis luka, penyebabnya, gejalanya, berikut penanganannya. Bukan saja buat anak-anak, melainkan juga buat orang tuanya.
Luka memar, misalnya, yang sering terjadi karena terantuk kursi, meja dan terbentur dinding. Pada luka jenis ini, terjadi pendarahan di dalam kulit tanpa ada kerusakan pada kulit. Kulit akan terlihat biru. Cara menanganinya: luka dikompres dengan es selama 20 - 30 menit.
Kelebihan buku ini, disusun secara sistematis. Tiap luka disajikan tentang penyebabnya, gejalanya, dan cara menanganinya dengan kalimat-kalimat sederhana dan gampang dipahami, disertai ilustrasi.
Meski buku panduan, toh buku ini tidak kehilangan selera humornya. Pada luka jenis luka gigitan misalnya, dijelaskan bahwa luka ini bisa disebabkan oleh gigitan hewan piaraan seperti kucing dan anjing, bisa juga oleh gigitan manusia. Misalnya teman yang nakal.
Buku ini sangat layak kita sambut kehadirannya, sebagai panduan praktis untuk menangani luka. []



Selasa, 18 Juni 2013

Di Padang Alang-Alang

Mulyoto M
Saat itu kita di padang alang-alang
Aku berlari dalam kejaranmu
Lalu aku memetik bunga alang-alang itu
Meniupnya hingga kapas-kapasnya beterbangan dihembus angin
Lalu kau menirukan hal yang sama

Kekasihku,
Lihatlah langit senja itu
Lalu lihat juga burung-burung bangau beriring yang pulang ke kandangnya
Aku ingin terbang seperti mereka,
bersamamu

Kini entah telah senja ke berapa
Aku duduk di bawah pohon waru
Sendiri saja
Aku ingin kau hadir di sini
Lalu mengejarku seperti dulu

Kau masih ingat, kan
pada kapas-kapas yang beterbangan dalam tiuapan angin senja?
Dan burung-burung bangau yang terbang beriringan dalam latar langit jingga?
Ah, aku ingin, kau dan aku tertawa-tawa lagi di padang alang-alang itu

Sooko, 16 Juni 2013

Rabu, 15 Mei 2013

Mengurangi Demam Bahasa Alay

Judul Buku : The Purple Basket Team
Penulis : Ida Robit
Penerbit : Noura Books, Jakarta
Tebal : 176 halaman
Cetakan I:  Februari 2013
Peresensi : Mulyoto M

Missi terpenting dari sebuah buku cerita anak adalah menanam nilai-nilai moral. Untuk urusan ini, buku The Purple Basket Team sukses menjalankan missinya. Cukup banyak nilai moral yang dapat terinternalisasi pada anak yang membaca buku ini: nilai persahabatan, semangat, kesopanan, dan sportivitas. Ada bonus: managemen praktis.

The Purple Basket Team adalah nama tim basket yang dibentuk oleh Nikita Billy (bukan Nikita Willy) di sekolah barunya: Marigold Elementary Girls School. Di sekolah barunya ini belum ada tim bola basket putri sehingga Nikita merasa perlu untuk membentuknya.

Di sekolah lamanya gadis mungil yang kalau berjalan suka menyalip itu memang mengikuti kegiatan ekskul basket untuk menyalurkan hobinya. Di sinilah semangat Nikita diuji. Ketika tim telah terbentuk, ia menghadapi teror dari Arumi, teman barunya yang merasa tersaingi sebagai sesama penyuka warna ungu. Berkat perjuangan Nikita yang dibantu teman-temannya, akhirnya justru Arumi bisa ditarik sebagai anggota tim.

The Purple Basket Team berjaya. Meski masih unyu, tim ini bisa meraih Juara II dalam sebuah kompetisi basket. Prestasi Nikita dan kawan-kawan tidak berhenti di situ. Nikita dan kawan-kawan berhasil menggelar kompetisi basket di sekolahnya yang diikuti oleh tim basket putri dari sekolah-sekolah lain. Di sinilah managemen praktis tereksplorasi. Nikita harus membuat perencanaan (planing), koordinasi (coordinating), dan puncaknya, pelaksanaan (acting) dan evaluasi (evaluating).

Pembelajaran managemen praktis ini akan mudah dipahami anak-anak, karena dalam buku ini semuanya dibahas secara detail hingga ke masalah-masalah teknis. Sebagian besar setting cerita ini memang sekolahan. Tergambar dengan sangat jelas bagaimana lorong-lorong kelas, ruang guru, kantin dan lapangan basket.

Saat membaca cerita ini, kita seperti disuguhi sebuah contoh sekolah ideal. Sekolah yang menjadi dambaan kita bersama. Sebagai tokoh utama, Nikita bisa menampilkan diri sebagai anak yang baik. Bicaranya sopan, hormat sama orang tua, dan satu lagi: sangat peduli pada ayahnya.

Bayangkan, satu hari menjelang kompetisi basket yang telah lama ia tunggu-tunggu, ada kabar bahwa ayahnya masuk rumah sakit. Toh, dalam kebimbangan, ia bisa menentukan pilihan yang tepat: menunggui ayahnya yang kena batu ginjal itu.

Kelebihan lain dari buku ini, bahasa yang digunakan sangat rapi dan memenuhi ciri bahasa yang baik dan benar tanpa mengurangi kelancaran mengalirnya cerita. Di tengah-tengah menjamurnya bahasa alay, ini sangat penting sebagai penyeimbang. Syukur kalau bisa mengurangi “demam” bahasa alay yang melanda anak-anak kita. Buku ini layak kita sambut kehadirannya. []

Resensi ini diikutkan Lomba Resensi yang diadakan oleh Penulis Bacaan Anak. www.forumpba.blogspot.com.