Senin, 17 Maret 2008

Sertifikasi dan Bisnis Sertifikat

MULYOTO

Laris manis. Itulah yang terjadi pada bisnis sertifikat. Di hampir semua kota di Indonesia, kini marak diadakan seminar, lokakarya, diklat, workshop, dan apalah namanya, dengan peserta membeludak. Sebuah lembaga pelatihan di kota kecil Mojokerto mengadakan workshop hingga 5 gelombang dan tetap diserbu peminat. Padahal, harga yang harus mereka bayar tidak murah: Rp 50.000 hingga Rp 250.000. Bagi peserta, berapa pun beaya akan ditanggung, yang penting dapat sertifikat.
Memang, sertifikasi guru harus diakui sebagai sebuah kbijakan besar dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus mendongkrak kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus sertifikasi akan mendapat tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok,sekitar 1.5 juta. Tentu ini sangat menjanjikan di tengah-tengah kondisi ekonomi guru yang kebanyakan pas-pasan karena dipotong cicilan bank.
Maka, tak bisa disalahkan kalau kmudian guru menyambut sertifikasi guru dengan semangat. Ini adalah sebuah harapan baru. Laiknya sebuah harapan, tentu hal itu makin membuat guru tambah hidup lebih semangat.
Hanya saja, harus dipahami, kalau sertifikasi lalu ditindaklanjuti dengan mencari sertifikat saja tanpa dibarengi dengan peningkatan kualitas, ya sayang sekali.
Kita ingin agar sertifikasi mendorong guru untuk meningkatkan kemampuan sekaligus komitmen pada profesi yang ditekuninya.
Semoga

4 komentar:

Eni Titikusumawati mengatakan...

ass. wr. wb.
nice blog cak Mul...

Unknown mengatakan...

eh kalau begitu, ternyata guru bisa juga terlibat dalam dunia pelacuran

Unknown mengatakan...

Terima kasih Bu Eni. Blognya Bu Eni bagus juga, kok. Maju terus.

Unknown mengatakan...

Begitulah. Dunia pendidikan itu banyak bobroknya. Namun, kita harus tetap punya idealisme untuk berbuat yang terbaik.