Judul Buku : Think Green, Go Green
Penulis : Fransiska Widiarti, dkk
Penerbit : Pustaka Jingga, Lamongan
Cetakan : I, April 2013
Tebal : 220 halaman
Peresensi : Mulyoto M
Bumi ini bukan warisan nenek moyang, melainkan titipan
dari anak cucu kita. Adagium ini sangat popular di kalangan pecinta lingkungan.
Memang, kalau kita berpandangan bahwa bumi ini
merupakan warisan nenek moyang, kita akan cenderung mengeksploitasinya dengan
semena-mena. Hutan kita tebang dengan membabi-buta, perut bumi kita keruk
sebanyak-banyaknya, minyak bumi kita sesap tak kira-kira. Lalu kita membuang
sampah di sembarang tempat.
Kita berseru: “Biarin bumi ini rusak! Toh, ini
warisan dari nenek moyang kita!”
Berbeda kalau kita berpandangan bahwa bumi ini
titipan dari anak cucu kita. Layaknya sebuah titipan, kita kelak harus
mengembalikannya minimal sama dengan saat kita menerima. Syukur kalau
kondisinya lebih baik.
Konsekuensinya, kita harus menjaga kelestarian
bumi ini.
Untuk bisa menjaga agar kehidupan di bumi ini
tetap lestari, kita tidak harus menjadi superman yang mampu menggempur batu
meteor yang akan jatuh ke bumi. Kita tak harus menjadi Tarzan yang selalu
menjaga hutan dari jarahan orang-orang serakah. Kita juga tidak harus menjadi
ilmuwan yang bisa menemukan teknologi pengolahan limbah. Kita cukup menjadi
diri kita. Caranya adalah berperilaku ramah lingkungan.
Buku ini banyak memberi contoh tindakan praktis
yang bisa kita lakukan sebagai pengejawantahan perilaku ramah lingkungan.
Pertama, menanam pohon. Jika ada lahan kosong,
maka tanami saja pohon! Pohon mangga, pohon jambu, pohon jeruk, dan lain-lain.
Jika sudah tidak tersedia lahan, kita bisa menanam di pot: tomat, cabe, jambu
biji, tanaman obat, dan tanaman-tanaman lain yang bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Tanaman-tanaman itu akan mendaur-ulang karbon dioksida
(CO2) hasil respirasi dan pembakaran, lalu mengubahnya menjadi oksigen (02)
lewat peristiwa fotosintesis.
Kedua, membuang sampah pada tempatnya. Syukur
kalau sampah sudah dipilah-pilah. Sampah anorganik seperti plastik, kertas dan
logam dibuang pada tempat sampah khusus, terpisah dengan sampah organik seperti
sampah rumah tangga, daun, dan sebagainya.
Ketiga, mengurangi penggunaan plastik. Saat
berbelanja ke pasar misalnya, kita bisa mengurangi penggunaan plastik dengan
membawa tas dari rumah. Jadi barang tidak perlu diwadahi dengan tas kresek yang
membutuhkan waktu puluhan tahun agar terurai. Barang cukup dibungkus dengan
daun saja yang mudah diuraikan. Lalu dimasukkan ke dalam tas. Saat kita membeli
buku, misalnya, kita juga bisa menolak diberi tas kresek. Kalau kita sudah
membawa tas, kan, buku langsung bisa dimasukkan ke dalamnya tanpa perlu plastik
pembungkus?
Contoh tindakan praktis lain yang diungkapkan di
buku ini: mematikan lampu yang tidak digunakan, mengurangi penggunaan tisu dan
kertas, mematikan kran air, dan lain-lain.
Di samping aksi yang sifatnya personal, di
dalam buku ini juga dicontohkan aksi yang bersifat massif. Misalnya gerakan
penghjauan, pengolahan limbah urine dan pengolahan sampah.
Yang pasti, aksi ramah lingkungan tidak harus
yang ndakik-ndakik (terlalu tinggi,
red) dan dikemukakan secara teoritis dengan mulut berbusa-busa.
Buku ini layak kita sambut kehadirannya di
tengah-tengah upaya pelestarian lingkungan. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar