Hari ini hari yang melegakan bagi saya. Ibaratnya, saya sedang mencari sumber air di atas bukit, dengan melewati jalanan setapak yang terjal. Berliku hingga membuatku ngo-ngosan. Tapi, hari ini, semua telah terbalas. Aku telah mencapai puncak itu, dan telah kusaksikan air segar jernih menarik selera. Haus rasanya, ingin segera kuteguk air itu. Tapi, ups. Nanti dulu. Sebelum bisa meneguk barang setetes air itu masih ada lagi urusan tetek bengeknya yang masih juga bikin repot.
Itulah gambaran yang aku alami hari ini, ketika akhirnya kabar sertifikasi datang. Aku telah lulus uji sertifikasi lewat jalur portofolio yang melelahkan seperti mendaki bukit terjal. Kini sedikit bisa tersenyum, meski senyum itu baru senyum harap. Pemberkasan untuk mencairkan tunjangan profesi ternyata tak kalah rumitnya dengan portofolio. Harus pakai map begini, harus pakek ini-itu, yang menguras tenaga.
Tapi aku gak boleh ngeluh. Kan di sertifikat udah dinyatakan sebagai GURU PROFESIONAL. Malu, doang. Apalagi, harapan udah diujung mata: tunjangan satu gaji pokok.
Tapi, sebuah paadoks terjadi. Ketika ngurus ini-itu, ternyata harus makan korban, yaitu siswa yang mesti hanya dikasih tugas. Bahkan saking ribetnya, kadang kita sampai lupa gak kasih tugas. Kadang malu juga sih. Apa ini yang namanya profesional.
Maafkan aku, anakku. Guru kan bisa khilaf.
"Gak apa-apa, Pak. Kan enak kalo jam kosong!" seru sebagian besar siswa. Nah, apalagi ini! Aku malu, aku ternyata bukan tipe guru yang selalu dirindukan siswa. Aku masih harus berjuang untuk itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar